Ponorogo, Juni – Oktober 2024—Dalam era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi sarana penting dalam penyebaran informasi dan dakwah. Menyadari hal ini, tim pengabdian masyarakat dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo meluncurkan program “Transformasi Dakwah Melalui Media Sosial” di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Desa Puyut, Ponorogo. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan pondok pesantren dalam memanfaatkan platform digital sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan agama secara lebih luas dan efektif.

Kegiatan ini diawali dengan pelatihan pengelolaan media sosial yang dilakukan secara rutin dua kali seminggu, menghadirkan tiga narasumber profesional: Agra Hadi Abdurrachman, Emka Nujhan Farhani, dan Muhamad Sholikhan. Materi yang disampaikan mencakup branding lembaga, strategi pemasaran digital, analisis kekuatan dan kelemahan media sosial pesantren, serta produksi konten dakwah menggunakan teknik fotografi dan videografi. Para santri tidak hanya mendapatkan materi, tetapi juga berkesempatan untuk langsung mempraktikkan pengetahuan yang telah diperoleh dan mendapatkan umpan balik dari para narasumber. “Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para santri dengan kemampuan memanfaatkan media digital secara optimal sebagai sarana dakwah,” ungkap Muhamad Nurdin, ketua tim pengabdian.

Selain itu, para santri diajarkan untuk menjadi content creator yang memiliki nilai, dengan kemampuan untuk memproduksi konten berkualitas yang dapat menjangkau audiens yang lebih luas. “Dengan keterampilan ini, kami berharap para santri mampu berperan sebagai agen perubahan dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan di dunia maya,” tambah Dony Rano Virdaus, anggota tim. Setiap bulan, tim kreatif yang terdiri dari tenaga pengajar dan santri berkolaborasi untuk menghasilkan konten dakwah yang relevan dengan isu-isu terkini. “Konten-konten yang dihasilkan diharapkan dapat menarik perhatian audiens dan mendorong partisipasi aktif dalam berdakwah,” kata Dony.

Program ini juga mencakup pelaksanaan aksi penyebaran pesan dakwah setiap triwulan, yang bertujuan untuk menjangkau audiens lebih luas dengan pesan-pesan dakwah sesuai nilai-nilai Islam. “Kami melakukan pemantauan terhadap partisipasi dan tanggapan audiens untuk mengevaluasi efektivitas penyampaian pesan ini,” jelas Dony. Salah satu aspek penting dari program ini adalah pembentukan komunitas dakwah di media sosial untuk membangun jaringan aktif antara para santri dan masyarakat. “Melalui komunitas ini, kami ingin menciptakan interaksi yang lebih mendalam dan memperkuat hubungan antaranggota,” ungkap M. Saini, anggota tim lainnya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dakwah di era digital, tetapi juga untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap konten yang disampaikan. “Dengan memanfaatkan media sosial secara bijak, kami berharap dapat menjadikan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga sebagai model dalam transformasi dakwah yang relevan dan responsif,” tutup Muhamad Nurdin.

 

Program “Transformasi Dakwah Melalui Media Sosial” di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga adalah contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan tetap relevan dalam menyebarkan nilai-nilai agama kepada generasi muda dan masyarakat.